Top

Cara Menilai Perkembangan Anak PAUD Kelompok Bermain | Menilai Raport Peserta Didik Usia 2-4 Tahun

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

25 Mei 2025

  |  

Edukasi

Guru PAUD sahabat Educa, menilai perkembangan anak usia Kelompok Bermain 2-4 tahun perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.

Assessment of young children should be ongoing, developmentally appropriate, and based on multiple sources of information including direct observation and interaction.” - Carol Copple and Sue Bredekamp

Penilaian anak usia dini perlu dilakukan secara berkelanjutan, sesuai dengan tahap perkembangan mereka, dan didasarkan pada berbagai sumber informasi seperti pengamatan langsung (saat anak bermain), interaksi dengan anak didik lainnya dalam keseharian, serta bisa pula dengan melibatkan orang tua. Hal ini penting agar penilaian menjadi akurat dan mendukung perkembangan optimal anak.

1. Pengamatan langsung (observasi otentik)

“Authentic assessment relies on observing children in natural settings as they engage in everyday activities, providing a true picture of their abilities and development.” - Sue C. Wortham (2005)

Kejelian guru diperlukan dalam melakukan penilaian dengan cara ini. Saat anak didik bermain di sekitar sekolah, guru bisa melakukan pengamatan dan memiliki gambaran nyata tentang kemampuan dan perkembangan mereka. Guru bisa mencatat perilaku, kemampuan, kebiasaan, dan potensi anak secara alami, tanpa ada tekanan.

Contoh: Ada anak didik berada dalam persoalan, apakah ia bisa mengontrol emosinya dan menyelesaikan persoalan itu dengan baik.

Baca juga: Ada 10 KRITERIA PENTING PENILAIAN Perkembangan Anak dalam Raport PAUD / TK

2. Membuat catatan anekdot

“Anecdotal records are brief, narrative accounts of specific incidents that provide valuable insights into a child’s behavior and developmental progress.” — Sue C. Wortham. (2013). Assessment in Early Childhood Education 

Catatan anekdot adalah laporan naratif sederhana, singkat, dan jelas tentang suatu kejadian. Catatan ini membantu guru dalam mengingat kembali kejadian-kejadian yang pernah dialami anak didik. Dari catatan tersebut, guru bisa memahami perkembangan anak didik secara nyata, jelas, dan terperinci.

Contoh: Rabu, 9 Juni 2025, Jumbo biasanya malu-malu saat diminta bernyanyi di depan kelas. Namun, hari ini ia menunjukkan peningkatan kepercayaan diri.

Baca juga: Tips Menulis Laporan Raport PAUD / TK Deskriptif 2024 dan Contohnya | Sederhana dan Mudah Dipahami Orang Tua

3. Menggunakan weekly check-list

“Developmental checklists are practical tools that help educators systematically track children’s progress across key domains and identify areas needing support.” - Julia M. Plucker (2010)

Checklist ini bisa membantu guru dalam mengamati dan memahami peningkatan yang dialami anak didik di berbagai aspek. Guru bisa memahami aspek apa saja yang sudah baik dan perlu ditingkatkan. Checklist ini juga bermanfaat untuk memberikan treatment yang tepat bagi anak didik, terutama yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Contoh: Dalam sebuah tabel terdapat catatan tentang perkembangan motorik kasar anak didik dan jenis kegiatan yang dilakukan untuk memahami aspek tersebut. Guru bisa memberikan nilai dalam bentuk checklist dalam bentuk huruf A, yang artinya sudah baik sekali; atau huruf B yang artinya masih perlu dikembangkan.

Baca juga: PENTING: PANTANGAN Guru PAUD saat MENULIS LAPORAN Perkembangan Anak | Tips Menulis RAPORT Deskriptif PAUD Usia 2-6 Tahun

4. Dokumentasi dan karya anak didik

Guru bisa memberikan penilaian kepada anak didik melalui beberapa karya anak, misalnya dalam bentuk kerajinan tangan, rekaman video, rekaman suara, lembar kerja, dan lainnya. Bahkan, karya anak didik ini bisa dikompilasi dalam bentuk portofolio yang nantinya bisa dilihat oleh orang tua juga.

Baca juga: 12 Tips Praktis dan Simpel Menulis Laporan Perkembangan Anak PAUD / TK Deskriptif / Berbentuk Narasi

5. Refleksi guru dan anak

Anak didik bisa diajak untuk berefleksi bersama dengan memberikan beberapa pertanyaan yang bisa menggambarkan segala perasaan, kemampuan, kesulitan, dan hal lain yang dialami anak didik selama proses belajar.

Beberapa contoh pertanyaan reflektif diantaranya adalah:

  • Bagaimana perasaan kamu saat melakukan kegiatan?
  • Apa saja yang kamu pelajari hari ini?
  • Apa saja tantangan dan kesulitan yang kamu hadapi?

6. Komunikasi dengan orang tua

Secara berkala dan rutin, guru bisa memanggil orang tua untuk melakukan wawancara tentang perkembangan anak didik. Kegiatan ini bermanfaat untuk menilai perkembangan anak didik saat ia berada di rumah.

Baca juga: Kiat Membangun Komunikasi Efektif Guru dan Orang Tua

7. Menggunakan aplikasi atau software

Di era digital, banyak guru atau sekolah memanfaatkan aplikasi atau software dalam melakukan penilaian perkembangan anak didik, misalnya dengan:

Rumah Belajar PAUD: platform resmi Kemendikbud yang memudahkan guru mencatat capaian dan membuat laporan perkembangan anak secara terintegrasi.

  • PAUDku: Aplikasi android yang mudah digunakan untuk dokumentasi perkembangan anak dan pelaporan aktivitas harian secara digital
  • HiMama: Aplikasi lengkap untuk membuat catatan harian, foto, video, dan laporan perkembangan yang bisa langsung diakses oleh orang tua.

FREE Download: Printable LKPD PAUD / TK : Pengembang Keterampilan Menulis dan Mengenal Benda Sekitar

Guru PAUD sahabat Educa, laporan perkembangan anak didik dibuat tiap semester dengan deskripsi naratif tanpa angka atau sistem ranking. Guru perlu memahami keunikan dan kemampuan setiap anak didik agar bisa memberikan penilaian yang tepat. Guru juga perlu berfokus pada potensi dan perkembangan positif anak didik, bukan kekurangannya.

“Effective teachers recognize children’s weaknesses but focus on strengths to foster positive development and build confidence.” - Susan R. Jones (2015)

Guru yang efektif mampu mengenali kekurangan anak didiknya. Namun, dalam melakukan penilaian, kekuatan dan potensi anak didiklah yang perlu diutamakan. Dengan memberikan narasi tentang perkembangan positifnya, anak didik akan semakin percaya diri dan tentu saja akan berdampak positif pada semangatnya untuk terus bertumbuh dan belajar, tanpa harus merasa “minder” atau kurang percaya diri oleh karena kelemahannya.

KABI (Kisah Teladan Nabi): Koleksi Kisah Nabi dan Cerita Islami Pembangun Karakter Anak Indonesia Hebat

 


Sumber referensi:

  1. Sue C. Wortham. Early Childhood Assessment: Why, What, and How, 2005. [1]
  2. Carol Copple and Sue Bredekamp, Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs, 2020 [2]
  3. Sue C. Wortham, Assessment in Early Childhood Education, 2013 [3]
  4. Julia M. Plucker, Observing Development of the Young Child, 2010 [4]
  5. Susan R. Jones, The Power of Positive Teaching, 2015 [5].

Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.