Top

Yuk, Memahami Ciri dan Cara Mengajar Anak Era Digital

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

13 Juni 2022

  |  

Parenting

Anak era digital adalah anak-anak yang tumbuh di era teknologi yang berkembang dengan sangat pesat. Penggunaan perangkat teknologi sebagai media untuk melakukan banyak hal, membuat anak-anak yang tumbuh di era ini memiliki perbedaan yang cukup jauh bila dibandingkan dengan orang tuanya. Inilah pentingnya pemahaman orang tua akan ciri anak-anak yang tumbuh di era digital. Dengan memahami ciri anak era digital, diharapkan orang tua akan cepat dan sigap dalam mengambil sikap terutama dalam mendidik dan mendampingi buah hatinya.

Apa saja ciri anak yang tumbuh di era digital? Bagaimana strategi orang tua dalam mendidik dan mengajar anak era digital?

1. Cenderung Lebih Suka Bergerak

Anak era digital terbiasa duduk dan sibuk dengan perangkat teknologinya. Maka saat orang tua mengajari buah hatinya dengan cara yang monoton dan hanya membiarkan anak duduk saja, maka akan memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan psikis anak. Agar anak tidak merasa bosan saat belajar, ajaklah anak untuk belajar dengan cara yang lebih bervariasi, misalnya dengan mengajaknya pergi ke wisata alam, mengamati kebun, dan kegiatan lain yang bisa membuat anak lebih aktif bergerak.

2. Lebih Tertarik pada Visual yang Menarik

Anak era digital terbiasa dengan tontonan yang memiliki visual yang menarik. Orang tua perlu jeli dalam memilih media belajar bagi buah hatinya. Pertimbangkan sisi visual yang menarik, agar anak lebih semangat dalam belajar atau memainkan mainannya namun tetap mendapatkan ilmu pengetahuan baru.

3. Memiliki Ketrampilan Multitasking

Saat bermain game online, biasanya anak akan memainkannya dengan iringan musik. Iringan musik yang diputar dalam suatu game yang dimainkan anak, akan membuat anak terlatih untuk melakukan multi-tasking. Untuk semakin melatih ketrampilan anak dalam melakukan aneka ketrampilan, orang tua bisa memutarkan musik di rumah saat anak melakukan suatu aktivitas, misalnya saat ia sedang menggambar, bermain, dan kegiatan lainnya.

4. Sedikit Teori, Banyak Melakukan

Anak zaman sekarang terbiasa belajar dengan cara yang instant. Hal ini dikarenakan di zaman sekarang banyak diposting "short-video" yang bisa ditonton anak untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Bila anak menonton video yang terlalu lama, biasanya anak akan cenderung merasa bosan. Orang tua juga perlu strategi khusus agar saat mengajari atau menasihati anak tidak menggunakan kalimat atau kata-kata yang terlalu panjang. Gunakan kalimat yang sederhana, namun mudah dipahami anak daripada yang terlalu panjang namun membuat anak merasa bosan atau malah merasa jengkel. Selain itu, orang tua juga perlu melibatkan anak saat mengajari anak melakukan sesuatu. Ajaklah anak untuk ikut berpartisipasi aktif, misalnya saat mengajari anak merapikan mainan, menyirami tanaman, dan aktivitas lainnya.

5. Membutuhkan Tempat Berekspresi

Anak-anak zaman digital cenderung membutuhkan ruang untuk mengekspresikan dirinya. Sedari dini, orang tua perlu mengarahkan anak agar ia terbiasa mengekspresikan dirinya dengan cara yang positif, misalnya dengan memposting karya anak, penampilan anak saat bernyanyi, dan lainnya. Namun tentu saja, tempat berekspresi terbaik adalah orang tua sendiri. Biasakanlah menjadi pendengar yang baik saat anak bercerita apa pun, agar kelak sang buah hati yang tumbuh dewasa tetap menjadikan orang tua adalah tempat berbagi terbaik.

6. Gawai adalah Bagian dari Hidup

Anak zaman sekarang tidak perlu lepas dari gawai. Karena perangkat ini bisa membantu anak dalam melakukan apa pun termasuk belajar dan bermain. Tugas orang tua adalah membimbing, mengawasi, dan mendampingi anak dalam penggunaan perangkat ini. Pastikan anak menggunakan perangkat ini dengan baik, untuk hal-hal yang bermanfaat, atau bahkan membuat karya yang bermanfaat bagi masyarakat.


Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.