Top

Mengatasi Anak PAUD yang Enggan Ditinggal Ibunya Saat di Kelas

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

02 Okt 2022

  |  

Edukasi

Kejadian seperti ini sering terjadi di satuan PAUD, terutama ketika awal tahun ajaran dimulai. Saya sering menemukan anak yang memiliki sifat kurang mandiri bahkan terlalu lekat pada seseorang (biasanya dengan ibu atau pengasuhnya). Pada umumnya, ia akan merasa resah, takut, atau gelisah saat sang ibu tidak bersamanya, seperti meninggalkannya dalam kelas. Anak dengan gejala tersebut kemungkinan mengalami separation anxiety.

Seperti dilansir dari Educational and Behavior, Rachel Wise mengatakan bahwa seseorang yang mengalami separation anxiety (kecemasan saat menghadapi perpisahan) dapat mengalami gangguan kecemasan secara terus-menerus. Ia merasa sangat khawatir kehilangan orang terdekatnya, serta cenderung menolak untuk pergi keluar, tidur jauh dari rumah, atau melakukan aktivitas tanpa orang terdekatnya.

Bagaimana cara mengatasi persoalan ini? Mari kita simak artikel berikut!

1. Jalin Komunikasi dengan Sang Ibu

Guru perlu aktif berkomunikasi dengan sang ibu. Hal ini sangat diperlukan agar guru semakin memahami latar belakang atau alasan mengapa anak berperilaku seperti itu. Guru juga perlu memahami pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya, sehingga bisa memberikan treatment yang tepat saat anak berada di sekolah.

2. Memberikan Edukasi Parenting bagi Orang Tua

Guru perlu memberikan edukasi parenting kepada orang tua, terutama tentang pentingnya beberapa persiapan dari rumah atau lingkungan keluarga sebelum anak belajar dan menghabiskan waktunya di sekolah. Beberapa persiapan di antaranya adalah latihan cara memegang pensil yang benar, toilet training, keterampilan bersosialisasi, dan keterampilan dasar lainnya.

3. Jangan Memaksa Anak

Setiap sekolah pasti menghimbau agar anak tidak ditemani orang tuanya saat berada di ruang kelas. Namun, tentu saja ada pengecualian, terutama ketika menghadapi anak yang memang membutuhkan perlakuan khusus. Sikap melarang anak agar tidak bersama ibunya bila sudah berada di kelas, apalagi dengan cara memaksa, bisa menyebabkan anak merasa trauma. Hal ini tentu saja bisa memperparah kondisi perasaan sang anak, atau mengakibatkan anak tidak bersemangat lagi berangkat ke sekolah.

4. Tunjukkan Keakraban Guru dengan Orang Tua di Depan Anak

Beberapa anak belum terbiasa bergaul dengan orang baru. Terkadang memang butuh waktu yang cukup lama agar seorang anak bisa menerima orang baru dalam hidupnya. Salah satu strategi yang patut dilakukan adalah dengan menunjukkan keakraban antara guru dengan orang tua di depan anak. Biarkan anak memperhatikan sikap dan perilaku guru dan orang tua saat sedang asyik bercakap-cakap. Hal ini membuat anak merasa yakin bahwa ia sedang bersama dengan orang-orang yang dikenal baik oleh orang tuanya. 

Anak akan merasa lebih nyaman ketika bersama dengan orang yang dekat dengan orang tuanya. Apabila membutuhkan bantuan, anak tahu kepada siapa ia harus meminta tolong.

5. Media Bernyanyi dan Dongeng Bertema Kemandirian

Lagu dan dongeng adalah media belajar yang menyenangkan bagi anak. Anak tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi juga bisa belajar tentang cara mengembangkan karakternya. Setiap lagu dan dongeng pasti mengandung tema, contohnya tema tentang kemandirian. Tema kemandirian sangatlah cocok bagi anak yang masih melekat dan bergantung pada ibunya. “Aku Bisa Melakukannya Sendiri” merupakan salah satu judul dongeng edukasi dengan tema kemandirian yang dibutuhkan oleh anak.

6. Berikan Kenyamanan pada Anak

Pada awal hari anak masuk sekolah, biarkan ia beraktivitas bersama dengan orang tuanya. Bila ia ingin membawa mainan sendiri (selama tidak mengganggu teman lainnya), sebaiknya guru mengizinkannya. Guru dan orang tua perlu memberikan perlakuan dan perhatian secara khusus agar anak merasa nyaman.

Yang terpenting, anak-anak didik lain jangan sampai terganggu dan terabaikan. Bila anak sudah merasa nyaman di kelas, belajar bersama guru, memiliki sahabat, dan mau beraktivitas bersama teman-teman satu kelasnya, anak akan lebih mudah untuk diberi nasihat, diberi instruksi, serta dipisahkan dari ibunya.

7. Tidak Pergi Secara Diam-Diam

Orang tua tidak boleh pergi meninggalkan sang anak secara diam-diam karena hal ini bisa menyebabkan anak merasa trauma. Guru dan orang tua juga bisa kehilangan kepercayaan dari sang anak. Akibatnya, anak akan merasa tidak nyaman saat berada di sekolah.

8. Memisahkan Orang Tua dengan Anak Secara Bertahap

Pada jam awal pelajaran di sekolah, biarkan anak bersama dengan ibunya. Ketika jam istirahat tiba, anak bisa diminta untuk makan sendiri tanpa ditemani orang tua. Guru perlu mengatakan kepada anak bahwa ibunya masih menunggu di lobi. Jangan lupa juga untuk selalu memberikan kata-kata pujian yang bersifat memotivasi, agar anak semakin bersemangat. Pada jam pelajaran selanjutnya, guru memperbolehkan anak untuk kembali beraktivitas di kelas dengan ditemani orang tuanya.

Segala sesuatu perlu dikomunikasikan dengan cara yang baik dan jelas kepada anak. Hal ini sangat berguna, terutama agar anak mengalami tahap-tahap penyesuaian yang tidak mengesampingkan kenyamanan dan ketenangan hatinya.


Sumber Referensi:

  1. Wise, R. (2022). 12 important strategies for schools to help children with separation anxiety [1]

  2. Tolin, L. (2020). Back school separation anxiety how help your kids [2]

 

Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.