Top

8 Tips untuk Membuat Murid Mau Mendengarkan Guru

Oleh Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

  |  

22 Okt 2022

  |  

Edukasi

Saat seorang guru tampil di hadapan para muridnya, hal itu serupa dengan artis yang sedang berada di depan para penggemarnya. Para murid bisa duduk tenang serta siap mendengarkan, saat seorang guru mulai berbicara dan mengajar anak-anak didiknya.

Dilansir dari Fay School, seorang guru berpendapat: 

“Bagi banyak orang tua, mengamati seorang guru PAUD sedang bekerja di ruang kelas yang terkelola dengan baik, seperti menonton seorang ahli sulap dengan trik yang sulit dipercaya. Entah bagaimana, ia dapat membungkam dua belas anak berusia lima tahun yang gelisah, cekikikan, dan riuh hanya dengan satu atau dua kata. Ia juga bisa membuat siswa dalam satu kelas melakukan serangkaian tugas. Bila hal ini dilakukan orang tua (bukan guru), tentu membutuhkan waktu dari pagi hingga sore hari.”

Jadi, inilah beberapa tips penting agar siswa mau mendengarkan instruksi atau penjelasan guru saat KBM:

1. Jaga Wibawa dan Tenangkan Hati

Bagi seorang guru, menjaga wibawa bukan berarti harus terlihat galak atau membuat ekspresi yang membuat anak merasa segan. Namun, hal yang terpenting adalah menjaga hati supaya tetap tenang. Hati yang tenang dipercaya bisa membuat guru semakin mampu menguasai dan membaca situasi kelas.

Bila siswa sedang terlihat lesu, guru harus berusaha membuat siswa menjadi lebih bersemangat dengan mengajak siswa bernyanyi atau mendongeng dengan penuh semangat. Bila siswa terlihat sudah bersemangat hingga mengarah pada suasana kelas yang gaduh, guru bisa membuat siswa menjadi lebih tenang, misalnya dengan meminta siswa melakukan “tepuk diam”.

2. Gunakan Suara yang Tepat

Bersuara lantang tidak harus berteriak atau membuat suara yang keras. Seorang guru yang “menguasai panggung”, biasanya sudah tahu besarnya volume suara yang dibutuhkan untuk membuat siswa bisa lebih fokus. Volume suara yang lantang, tetapi tidak berteriak, biasanya akan lebih didengarkan siswa.

Hindari terlalu memaksakan diri untuk bersuara lantang tanpa memperhatikan kestabilan emosi. Walaupun mengeluarkan suara yang lantang, emosi seorang guru harus tetap stabil. Bila siswa sudah terlihat tenang dan stabil, suara yang besar (atau menggunakan “deep voice”) akan lebih disarankan, karena deep voice bisa memberikan efek ketenangan di dalam hati anak-anak didik.

3. Ingatkan Siswa bahwa “Ada Saat Berbicara, Ada Saat Mendengarkan”

Saat guru berbicara, terkadang masih banyak siswa yang ngobrol dengan temannya. Hal ini tentu membuat penjelasan yang disampaikan guru menjadi kurang efektif untuk ditangkap.

Guru juga bisa mempertegas dengan membuat aturan bahwa saat pembelajaran atau saat guru menjelaskan di kelas, hanya ada satu orang yang boleh berbicara. Guru akan mempersilakan siswa untuk berbicara saat guru mengizinkan. Agar siswa memahami alasannya, guru bisa memberikan penjelasan mengapa aturan atau instruksi ini perlu dibuat.

4. Hindari Pemaksaan

Saat meminta siswa untuk mengerjakan suatu tugas, seperti halnya kreasi kerajinan tangan, biasanya ada siswa yang cerdas, kreatif, serta ingin menggunakan caranya sendiri (di luar instruksi guru). Guru tidak perlu memaksakan siswa yang memiliki keterampilan berkreasi untuk bekerja sesuai intruksi.  

Bila siswa memang perlu mengerjakan tugasnya sesuai instruksi, guru bisa menjelaskan alasannya secara terperinci. Namun, terkadang memang ada siswa yang terlalu teguh pada pendiriannya. Untuk mengatasi hal ini, guru bisa memberikan pilihan A atau B, beserta dengan konsekuensinya. Bila memilih A, guru bisa menjelaskan apa konsekuensinya (akibatnya), sedangkan jika siswa memilih B, guru bisa menjelaskan apa konsekuensinya.

5. Terkadang Guru Hanya Perlu Duduk Diam untuk Sesaat

Hal terpenting yang perlu dipahami guru adalah, anak-anak PAUD secara emosional belum bisa mengontrol diri dengan baik. Anak usia dini membutuhkan waktu untuk mengubah suasana hatinya, terutama saat ada perubahan kegiatan.

Pada jam istirahat, anak-anak biasanya gemar berlari-lari dan bermain bersama dengan teman-temannya. Saat jam istirahat berakhir, semangat bermain anak-anak pun masih sangatlah tinggi. Mereka membutuhkan waktu beberapa saat untuk menenangkan diri. Guru bisa memberikan waktu 2-5 menit saat anak-anak sudah masuk kelas agar anak-anak didik memiliki waktu untuk mengontrol diri, duduk tenang, dan lebih fokus.

6. Melatih Siswa akan Pentingnya Kesabaran

Sering kali terjadi, saat guru sedang sibuk menjelaskan sesuatu hal yang penting atau sedang memberikan instruksi, ada siswa yang sudah tidak sabar untuk berbicara, berjalan di kelas, atau melakukan hal lainnya (tidak fokus mendengarkan). Guru perlu mengajarkan arti kesabaran kepada siswa dalam aktivitas atau pembiasaan sehari-hari dengan cara:

  1. Membiasakan anak melakukan antri dengan tertib.
  2. Mengajarkan kepada siswa untuk menunggu giliran, terutama saat ingin menggunakan satu mainan di sekolah yang bisa dipakai bersama.
  3. Mengajarkan kepada siswa akan pentingnya mengontrol diri dengan media dongeng, film, dan media menyenangkan lainnya.
  4. Menyarankan kepada orang tua agar mau mengajarkan kesabaran kepada siswa, terutama agar ia mau menunggu giliran, bisa mengontrol emosi meski harus menunggu cukup lama, dan bisa melakukan sesuatu sesuai jadwal yang ditentukan.

7. Menjelaskan Sisi Menarik dari Aktivitas yang akan Dilakukan

Di setiap aktivitas yang akan dikerjakan siswa, tentu ada hal yang menarik dan bisa diinformasikan kepada siswa. Salah satu contohnya, siswa biasanya akan merasa gembira bila kreasi kerajinan tangan yang mereka buat di kelas bisa dibawa pulang. Hal ini tentu menjadi satu hal menarik yang bisa dikatakan.

Guru bisa mengatakan, “Siswa yang bisa menyelesaikan kreasi hari ini dengan baik, tertib, dan tuntas, maka kreasi tersebut bisa dibawa pulang.” Siswa pasti akan lebih bersemangat, fokus mengerjakan tugasnya, serta bisa menyelesaikannya dengan lebih baik serta tertib. Guru yang sudah profesional biasanya memahami "kata kunci" atau "kata ajaib" yang membuat siswa tertarik untuk mendengarkan sejak awal pembelajaran.

8. Menjadi Pendengar yang Baik

Agar siswa mau menjadi pendengar yang baik, tentu saja guru perlu menjadi role model, yaitu dengan cara:

  1. Saat berbicara di kelas, guru juga perlu memberikan waktu kepada siswa untuk berpendapat, mendengarkannya dengan saksama, serta menanggapi pendapat siswa tersebut dengan baik.
  2. Dalam kehidupan sehari-hari, guru perlu memberikan waktu untuk mendengarkan cerita siswa, menanggapi siswa saat diajak bersenda gurau, serta berusaha menjalin interaksi kepada siswa.
  3. Guru harus siap membantu mendengarkan keluh kesah siswa, terutama saat ia ada dalam persoalan. Guru juga diharapkan mampu memberikan solusi dengan baik.

Selain keterampilan dalam mendengarkan penjelasan guru, masih ada banyak kebiasaan baik yang perlu dipelajari dan dipahami siswa agar mereka mampu menerapkannya dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Anak-anak bisa mempelajari kebiasaan baik ini dengan cara yang menyenangkan, yaitu dengan media video animasi dan gim dalam aplikasi Marbel Kebiasaan Baik dan Marbel Kebiasaan Baru. Anda bisa mengunduh gratis aplikasi ini di Google Play Store atau App Store.


Sumber Referensi:

1. Fay School. (2022). Six strategies to teach kids to listen [1]

2. Laura, Dr. (2022). How to get kid listen [2]

Bagikan artikel ini

Author :

Kak Zepe (ZP. Heru Budhianto. KP)

Kak Zepe adalah pencipta lagu edukasi, pengajar di SD Olifant Sleman DIY, dan penulis artikel edukasi dan parenting.